Senin, 27 Januari 2020

Tujuh Tanda Keluarga Sakinah



Sebagaimana kita ketahui bersama
Allah SWT berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَا جًا لِّتَسْكُنُوْۤا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)
Setiap muslim harus berusaha menjadikan rumah tangga yang islami sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW dan para sahabat.
Semua orang pasti mendambakan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah (penuh ketentraman, berkasih sayang dan dirahmati Allah Ta'ala). Untuk meraih itu, setiap muslim harus berusaha menjadikan rumah tangga yang islami sebagaimana dicontohkan dan para sahabat.

Dalam Kitab Uqudulujain karya Syeikh Nawawi Al-Bantani, ulama besar asal Banten yang berdakwah di Makkah menjelaskan tujuh tanda keluarga yang sakinah yaitu :

*1. Didirikan Atas Dasar Ibadah*

Rumah tangga didirikan dalam rangka ibadah kepada Allah, dari proses pemilihan jodoh, pernikahan (akad nikah, walimah) sampai membina rumah tangga jauh dari unsur kemaksiatan atau yang tidak islami. Sebagaimana tugas kita di muka bumi ini yang hanya untuk mengabdi/beribadah kepada Allah, maka pernikahan pun harus diniatkan dalam rangka hal tersebut. Beberapa contoh yang tidak islami, pemilihan jodoh tidak berdasarkan diennya (agamanya), proses berpacaran, dan tradisi-tradisi budaya yang melanggar syariat.

*2. Terjadi Internalisasi Nilai Islam Secara Kaffah* (Menyeluruh).

Dalam rumah tangga islami segala adab-adab Islam dipelajari dan dipraktikkan sebagai filter bagi penyakit moral di era globalisasi ini. Suami bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan keislaman dari istri, dan bersama-sama menyusun program bagi pendidikan anak-anaknya. Saling tolong-menolong dan saling mengingatkan untuk meningkatkan kefahaman dan praktik ibadah. Oleh sebab itu suami dan istri harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang Islam.

*3. Terdapat Qudwah* (Keteladanan) Suami Atau Istri yang Dapat Dicontoh Anak-anak.

Setiap hendak keluar atau masuk rumah anggota keluarga membiasakan mengucapkan salam dan mencium tangan. Ini merupakan contoh yang akan membekas pada anak-anak sehingga mereka tidak canggung mengucapkan salam ketika telah dewasa. Bagaimana mungkin anak akan mendirikan salat diawal waktu, sementara orang tuanya asik melihat televisi pada saat azan berkumandang (ini contoh yang buruk).

*4. Adanya Pembagian Tugas Sesuai dengan Syariat.*

Islam memberikan hak dan kewajiban masing-masing bagi anggota keluarga secara tepat dan manusiawi. Sebagaimana Firman Allah: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa: 32). Suami atau istri harus faham apa kewajiban dan haknya, sehingga tidak terjadi pertengkaran karena masing-masing hanya menuntut haknya terpenuhi tanpa melakukan kewajibannya.

*5. Tercukupinya Kebutuhan Materi secara Wajar*

Suami harus membiayai kelangsungan kebutuhan materi keluarganya, karena itu salah satu tugas utamanya. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah 233: "...Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf".

*6. Menghindari Hal-hal yang Tidak Islami*

Banyak kegiatan atau barang-barang yang tidak islami harus disingkirkan dari dalam rumah. Misalnya penghormatan kepada benda-benda keramat, memajang patung-patung, media atau tayangan yang tidak islami seperti gambar mesum dan adegan kekerasan, atau memperdengarkan lagu-lagu yang tidak menambah keimanan.

*7. Berperan Dalam Pembinaan Masyarakat*.

Keluarga sakinah harus memberikan kontribusi bagi perbaikan masyarakat sekitarnya. "Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orangyang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl: 125). Kita tidak bisa hidup sendirian terpisah dari masyarakat. Oleh sebab itu setiap anggota keluarga islami harus memiliki semangat berdakwah. Suami harus dapat mengatur waktu yang seimbang untuk Allah (ibadah ritual), untuk keluarga (mendidik keluarga serta bercengkrama bersama istri dan anak-anak), waktu untuk umat (mengisi ceramah, mendatangi pengajian, menjadi pengurus masjid, panitia kegiatan keislaman) dan waktu mencari nafkah. Begitu pula dengan istri harus diberi kesempatan untuk bekiprah di jalan dakwah untuk memperbaiki muslimah di sekitarnya.

Semoga keluarga kita memiliki lima tanda keluarga yang sakinah sehingga dimudahkan dapat berkumpul bersama keluarga di Jannah. Aamiin
Sebagaimana kita ketahui bersama
Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَا بِرُوْا وَرَا بِطُوْا ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 200)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan memiliki corak dan karakter  masing-masing. Semuanya memiliki rahasia dan hikmah tersendiri. Dalam hal ini manusia dikategorikan menjadi dua. Pertama golongan orang yang beruntung. Kedua golongan orang yang celaka atau buntung.

Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin mengutip perkataan Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa setidaknya ada lima tanda orang yang beruntung yaitu :

Pertama. orang yang mempunyai keyakinan hati yang tinggi akan janji yang diberikan oleh Allah, mulai dari urusan Rizki bahwa setiap makhluknya mempunyai jatah Rizki masing-masing, maka tak perlu sikut-sikutan sampai menghalalkan segala cara.

Kedua, berprilaku hati-hati dalam urusan agama dengan tidak berfanatik buta dalam memahami maupun mempraktikannya, karena banyak orang yang tertipu dengan merasa dirinya paling sesuai dengan ajaran agama, namun tak mengetahui amalan yang bisa menghancurkannya.

Ketiga, mengambil urusan dunia secukupnya dengan tak melalaikan hak orang lain maupun melupakan urusan akhirat. Yang dibutuhkan adalah  cara menejemen  urusan duniawi agar membawa dampak positif dan bermanfaat sampai akhirat.

Keempat, mampu meredam dan menundukkan kedua mata dari penglihatan yang mengarahkan kepada hal negatif karena berawal dari mata orang bisa terlena akan segala-galanya. Suami bisa lupa istri gara-gara mata yang tak terjaga.

Kelima, mengarahkan badan kita untuk tidak melakukan kejahatan maupun kemaksiatan karena pada dasarnya orang yang melakukan hal yang dilarang sama saja ia tak sayang akan dirinya dan keluarganya.

Semoga kita semua memiliki lima tanda orang yang beruntung sehingga dimudahkan dapat berkumpul bersama di Jannah. Aamiin

0 komentar:

Posting Komentar