Rabu, 15 Januari 2020

Seputar Kematian Part 2



Agama mengajarkan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Kematian adalah awal perjalanan panjang dalam evolusi manusia, dimana selanjutnya ia akan memperoleh kehidupan dengan segala macam nikmat atau berbagai siksa dan kenistaan.

Kematian mempunyai peran yang sangat besar untuk memantapkan aqidah serta menumbuhkembangkan semangat ibadah. Karena itu agama menganjurkan manusia berpikir tentang kematian. Rasul SAW bersabda:

اَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِى اْلمَوْتَ. ابن ماجه و الترمذى و حسنه

“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kesenangan, yakni mati”. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi dan ia menghasankannya] 

Al Quran menekankan ada kehidupan dunia dan kehidupan akherat. Kehidupan dunia dinamai Al Quran al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah) sedang kehidupan akherat dinamai al-hayawan (kehidupan yang sempurna)

 ۗ وَاِ نَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَـيَوَا نَُ

Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 64)

Dijelaskan pula:

 مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌ ۚ وَا لْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰى ۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا

Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 77)

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَا لَـكُمْ اِذَا قِيْلَ لَـكُمُ انْفِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اثَّاقَلْـتُمْ اِلَى الْاَرْضِ ۗ اَرَضِيْتُمْ بِا لْحَيٰوةِ الدُّنْيَا مِنَ الْاٰخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا قَلِيْلٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit." (QS. At-Taubah 9: Ayat 38)

Betapa kehidupan ukhrawi tidak sempurna sedang disanalah diperoleh keadilan sejati yang menjadi dambaan setiap manusia dan disanalah diperoleh kenikmatan hidup yang tiada taranya?

Kematian walaupun kelihatannya adalah kepunahan namun pada hakikatnya adalah kelahiran yang kedua.
KE
MATIAN SEBAGAI JALAN MENUJU PERPINDAHAN YANG LEBIH BAIK

Ada beberapa istilah yang digunakan Al Quran untuk menunjuk kepada kematian. Antara lain al-wafat (wafat),  imsak (menahan),  dalam surat Az Zumar (39),ayat 42 dinyatakan:

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَا لَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَا مِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَ يُرْسِلُ الْاُخْرٰۤى اِلٰۤى اَجَلٍ مُّسَمًّى ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 42)

Al Quran juga mensifati kematian sebagai musibah, malapetaka. Tetapi istilah ini banyak ditujukan kepada manusia durhaka atau terhadap mereka yang ditinggal mati. Dalam arti kematian adalah musibah bagi yang ditinggal mati sekaligus musibah bagi mereka yang mati tanpa membawa bekal.

Kematian juga dikemukakan Al Quran dalam konteks menguraikan nikmat-nikmatnya. Dalam surat Al Baqarah (2) ayat 28 Allah mempertanyakan kepada orang-orang kafir:

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِا للّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَا تًا فَاَحْيَا کُمْ ۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 28)

Nikmat yang diakibatkan kematian bukan saja dalam kehidupan ukhrawi nanti tetapi juga dalam kehidupan duniawi. Karena tidak dapat dibayangkan bagaimana keadaan dunia ini bila manusia hidup terus menerus tanpa mengalami kematian?

Mustahil bagi manusia mengalami perkembangan jutaan tahun tanpa melalui penyucian jiwa. Penyucian jiwa itu dengan jalan menjauhkan diri dari kekejian dan dosa dan amal shaleh. Bukankah Al Quran menegaskan:

تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2

Mahasuci Allah Yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al Mulk (67) ayat 1-2)

Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu yang buruk. Kematian dapat mendorong manusia untuk meningkatkan pengabdiannya  juga merupakan pintu gerbang untuk memasuki kebahagiaan abadi, serta mendapat keadilan sejati.

0 komentar:

Posting Komentar