Rabu, 15 Januari 2020

Seputar Kematian Part 3



Ayat-ayat Al Quran dan hadits Nabi menunjukkan bahwa kematian bukanlah ketiadaan hidup secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia.

Manusia yang meninggal pada hakikatnya masih tetap hidup di alam lain dan dengan cara yang tidak dapat diketahui sepenuhnya.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَا تًا ۗ بَلْ اَحْيَآءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ ۙ 

"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki," (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 169)

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَا تٌ ۗ بَلْ اَحْيَآءٌ وَّلٰـكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ

"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 154)

Imam Bukhari meriwayatkan melalui sahabat Nabi Al Bara' bin Azib.  Bahwa ketika putra beliau Ibrahim meninggal,  Beliau SAW bersabda:

 إِنَّ لَهُ مُرْضِعًا فِي الْجَنَّةِ

 "Baginya akan ada yang menyusuinya di surga".((HR. Bukhari)

Sejarawan Ibnu Ishak dan lain-lain meriwayatkan, bahwa ketika orang-orang musyrik yang tewas dalam perang badr dikuburkan dalam satu sumur oleh Rasulullah SAW, beliau bertanya:

“Wahai ‘Utbah bin Rabi’ah, Wahai Syaibah bin Rabi’ah, Wahai Abu Jahal bin Hisyam, Wahai Umayyah bin Khalaf, Wahai Fulan bin Fulan”, dan demikianlah seterusnya, dan beliau lalu bersabda :

هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَاِنِّيْ قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِيْ رَبِّيْ حَقًّا.

Apakah kamu mendapatkan apa-apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanmu itu benar ? Karena sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku itu benar.

Ketika itu ada diantara kaum muslimin yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa  engkau  memanggil-manggil orang-orang yang telah menjadi bangkai?”.

Nabi SAW bersabda :

مَا اَنْتُمْ بِاَسْمَعَ لِمَا اَقُوْلُ مِنْهُمْ. وَلكِنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ اَنْ يُجِيْبُوْنِ.

Tidaklah kamu lebih mendengar pada apa yang aku katakan daripada mereka, hanya mereka itu tidak dapat menjawab kepadaku.

Demikian beberapa teks keagamaan yang membuktikan bahwa kematian bukanlah kepunahan namun kelahiran dan kehidupan baru.g
MENGAPA TAKUT MATI?

Al Quran menggambarkan bahwa hidup di akherat jauh lebih baik daripada kehidupan di dunia.

وَلَـلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰى ۗ 

"dan sungguh, yang kemudian (akherat) itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia)." (QS. Ad-Duha 93: Ayat 4)

Kematian yang dialami manusia dapat berupa kematian mendadak dapat pula melalui proses menua secara perlahan.

Dalam keadaan mati mendadak sakaratul maut terjadi beberapa saat singkat, yang mengalami akan merasa sangat sakit.

Banyak ulama tafsir menunjuk ayat

وَا لنّٰزِعٰتِ غَرْقًا ۙ 

"Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras." (QS. An-Nazi'at 79: Ayat 1)

Sebagai isyarat kematian mendadak. sedang kelanjutan ayat:

وَّالنّٰشِطٰتِ نَشْطًا ۙ 

"Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut." (QS. An-Nazi'at 79: Ayat 2)

Sebagai isyarat kepada kematian yang dialami secara perlahan-lahan.

Kematian yang melalui proses lambat yang dinyatakan oleh Al Quran sebagai "dicabut dengan lemah lembut " sama keadaannya dengan proses yang dialami seseorang pada saat kantuk sampai dengan tidur.  Al Quran mendukung pandangan yang mempersamakan mati dengan tidur.

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَا لَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَا مِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَ يُرْسِلُ الْاُخْرٰۤى اِلٰۤى اَجَلٍ مُّسَمًّى ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 42)

Dalam hadits pun diajarkan bahwasanya tidur identik dengan kematian . Bukankah doa yang diajarkan Rasulullah SAW saat bangun tidur:

 اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى اَحْيَانَا بَعْدَ مَا اَمَاتَنَا وَ اِلَيْهِ النُّشُوْرُ. البخارى

 (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami kembali). [HR. Bukhari ]

Kalau demikian mati itu sendiri "lezat dan nikmat" , bukankah tidur itu demikian? Tetapi ada faktor intern yang menjadikan kematian lebih lezat daripada tidur atau menjadikannya amat mengerikan  melebihi ngerinya mimpi-mimpi buruk yang dialami manusia.

0 komentar:

Posting Komentar